Ebook Merdeka 100 Persen ( Tiga Percakapan Ekonomi Politik ) - Tan Malaka


Judul Ebook : Merdeka 100%

Tebal Ebook : 110 Halaman

Bahasa           : Indonesia

SI PACUL : Selamat pagi, apa kabar ?

SI TOKE : Terlampau panjang ini Saudara! Sekarang masa perang dan masa berontak, ucapkan yang pendek dan tepat saja: “Merdeka” begitu. Pendek, tepat, dimengerti, dan membangunkan perasaan bertarung. Ucapan yang panjang tadi asalnya dari terjemahan Belanda. Kalau nanti berbaubau Nica, tentu engkau dicari buat dibawa ke Batalyon X.

SI PACUL : Memang saya tak tahu yang demikian itu. Tetapi sudah jadi kebiasaan saja. Di sekolah rendah dipelajari dan memang selalu diucapkan begitu. Tetapi sekarang satu dua kali juga saya ucapkan “MERDEKA” kalau berjumpa pengawalan di jalan-jalan. Tetapi terus terang saja, saya sendiri juga belum tahu betul artinya “Merdeka” itu.

SI TOKE : Cul, saya pun tak paham betul akan arti perkataan itu. Tetapi contoh ini bisa memberi penerangan. Engkau lihat itu burung gelatik. Dia bisa terbang kesana kemari, dari pohon ke pohon mencari makan. Alangkah senang hatinya. Di mana ada makanan di sana dia berhenti makan sambil
menyanyi. Kalau hari senja dia pulang ke sarangnya. Itu namanya merdeka. Tak ada kesusahan. Selalu riang gembira.

SI PACUL : Betul senang kelihatan dari luar. Tetapi kelihatan dari luar saja. Belum tentu hatinya sang gelatik sendiri selalu senang. Belum tentu pula burung gelatik itu selalu menyenangkan orang lain. Kemerdekaan semacam itu tak begitu memuaskan.

SI TOKE : Bagaimana tak memuaskan, Cul? Bukankah merdeka seperti burung di udara itu selalu dipuji, selalu diambil sebagai contoh? 

SI PACUL : Tadi saya bilang belum tentu hatinya sang gelatik itu selalu senang. Bung Toke memang orang kota, memang punya perusahaan buat hidup sendiri. Tak perlu banyak takut sama ini atau itu. Tetapi bung Toke jangan lupa, bahwa sang gelatik selalu diintai musuhnya. Kucing atau berangan ialah musuh besarnya. Burung elang ialah musuhnya yang lebih besar. Sang manusia pun bisa sewaktu-waktu menangkapnya atau menembaknya.

SI TOKE : Sang gelatik toh bisa lari terbang?

SI PACUL : Ya, memang dia bisa lari terbang. Cuma kecakapan yang diperolehnya dari Alam itu saja yang bisa melindungi jiwanya. Tetapi mana ada adat atas undang-undang masyarakat yang melindunginya? Bahkan, mana masyarakatnya sang gelatik?

SI TOKE : Benar juga Cul. Engkau memang dari desa, yang masih hidup di Alam. Memang di Alam itu undang-undang yang berlaku ialah: Besar hendak melanda. Tetapi dalam masyarakat pun begitu juga, bukan?

SI PACUL : Memang masyarakat kita juga belum sempurna. Tetapi jauh lebih sempurna dari masyarakat burung atau hewan yang lain. Barangkali kita manusia pun tak akan sampai kepada masyarakat yang sempurna. Tetapi kita senantiasa, selangkah demi selangkah bisa menghampiri kesempurnaan ...

SI TOKE : Aku tak sangka kau seorang ahli filsafat, Cul. Rupanya tadi engkau berlaku pura-pura
bodoh saja. Tetapi tunggu dulu! Baik kita kembali ke pokok perkara. Engkau sudah terangkan bahwa sang gelatik belum tentu selalu berhati senang, karena musuh selalu mengintai. Tak ada undang-undang atau adat masyarakat burung yang bisa melindungi masing-masing burung. Tetapi engkau belum terangkan, bagaimanakah sang gelatik yang hina papa itu bisa tidak menyenangkan orang lain, bisa mengganggu orang lan?

SI PACUL : Memang rupa sang gelatik itu hina papa. Tetapi kalau satu rombongan saja gelatik itu sampai ke sawah kami, maka mereka itu merdeka pula memusnahkan hasil pekerjaan kami. Dari masa meluku sampai masa menanam padi, dari waktu padi masih hijau kecil sampai kuning matang, kami mengeluarkan jerih payah dan peluh keringat. Sekarang sesudah jerih payah kami memperlihatkan hasilnya datanglah rombongan gelatik yang tidak mengeluarkan keringat setetespun dan susah gelisah sedikit pun atas hasil pekerjaan kami tadi. Tetapi dengan tidak meminta izin lebih dahulu, dan dengan tak malu-malu mereka bersuka ria, bersenda gurau di atas tangkai padi, memilih buah yang matang dan bernas. Bukankah kemerdekaan semacam itu kemerdekaan orang tak berusaha yang merampas hasil pekerjaan orang lain yang mengeluarkan tenaga? Merdeka semacam itu berarti merdeka merampas. Inilah sebenarnya akibatnya kemerdekaan liar itu. Apa gunanya “merdeka” semacam itu buat masyarakat manusia?

SI TOKE : Wah, Cul. Ini gara-gara “selamat pagi” apa kabar tadi. Tetapi memperbincangkan arti “Merdeka” itu bukan lagi perdamaian yang aku peroleh dalam hatiku. Memang semua perkara yang engkau kemukakan tadi yang berhubungan dengan “kemerdekaan” itu benar belaka. Sekarang saya sendiri dalam kekacauan pikiran. Aku sendiri mau tahu pula “apa merdeka yang sebenarnya”.

SI PACUL : Marilah kita bertanya kepada mereka yang lebih ahli.






 BACA ONLINE | Tan Malaka
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments