Ebook Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara - Louis Althusser



Judul Ebook : Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara

Tebal Ebook : 74 Halaman

Bahasa           : Indonesia

LOUIS Althusser (1918 – 1990) adalah seorang filsuf Marxis dari Prancis yang pandangannya berpengaruh dalam berbagai lini pemikiran Kiri kontemporer. Di Inggris kita jumpai Marxis seperti Alex Callinicos dan Roy Bhaskar yang mengaku terpengaruh oleh Althusser, begitu juga dengan Ernesto Laclau dan Chantall Mouffe yang berangkat dari konsep Althus-serian tentang ‘overdeterminasi’ dan membangun paradigma pasca-Marx-isme yang kontroversial itu. Di Prancis kita jumpai serangkaian pemikir yang terlibat dalam dialog erat dengan tradisi Althusserian, yakni Étienne Balibar, Jacques Rancière dan Alain Badiou dalam filsafat, serta Pierre Macherey dalam kritik sastra, Maurice Godelier dalam antropologi dan Nicos Poulantzas dalam sosiologi. Di bidang ekonomi-politik kita jumpai kaum Althusserian seperti Stephen Resnick dan Richard Wolff di Amerika Serikat, John Milios, Dimitri Dimoulis dan George Economakis di Yunani serta Jacques Bidet di Prancis. Ide-idenya juga terus dikembangkan lewat jurnal Rethinking Marxism dan Décalages yang memiliki orientasi Althus-serian yang kuat. Pada masa ini, hampir ke segala penjuru kita menengok, kita akan menjumpai jejak-jejak gagasan Althusser. Oleh sebab itu, mempelajari pemikirannya adalah pintu gerbang ke dalam alam pemikiran Kiri kontemporer.

Pemikiran Althusser tak dapat dilepaskan dari konteks gerakan Kiri di Prancis dan Eropa pada pertengahan abad ke-20. Inilah yang juga ditekankannya dalam pengantar edisi bahasa Inggris dari karya utamanya, Demi Marx (Pour Marx; 1965), yakni bahwa pemikirannya adalah ‘intervensi di dalam konjungtur yang tertentu’ (Althusser 1997: 9). Konjungtur yang dimaksudnya tak lain adalah proses de-Stalinisasi sejak Kongres Partai Komunis Uni Soviet ke-20 (1956) hingga perpecahan Cina-Soviet (1960 – 1963). 

Di antara dogmatisme Stalinis dan kritik Kanan atas dogmatismeitu (maksudnya argumen humanis dalam proses de-Stalinisasi), Althusser berupaya mencari jalan ketiga. Apabila dogmatisme mewujud dalam determinisme ekonomis dan kritik Kanan atas dogmatisme mengemuka sebagai humanisme borjuis yang subjektivis-voluntaris, Althusser kemudian hendak melampaui keduanya dengan mengakui ‘otonomi relatif’ superstruktur di atas basis sekaligus ‘determinasi pada pokok terakhir’ oleh basis (Althusser 1997: 111). Artinya, ia mengakui bahwa ideologi memiliki koherensi internal dan logikanya sendiri yang tak bisa sepenuhnya direduksi kepada mekanisme ekonomis dan dapat pula mempengaruhi mekanisme itu (inilah yang disebut sebagai ‘overdeterminasi’) sembari mengakui pula bahwa pada pokok terakhir mekanisme ekonomi itu tetap menentukan. Inilah tegangan dasar dalam pemikiran Althusser. 

Terdapat seutas benang merah yang menurut Althusser mempertemu- kan dogmatisme Stalinis dan kritik Kanan atasnya, yakni Hegelianisme. Keduanya telah gagal memahami kespesifikan diskursus Marxis sebagai sebuah ranah teoretik yang terpisah dari diskursus idealis tentang Manusia dan Sejarah. Keduanya masih melihat Sejarah sebagai proses teleologis di mana Manusia sebagai Subjek yang mengalami alienasi dari hakikat dirinya akan menemukan pemenuhannya kembali pada akhir sejarah, dalam komunisme sebagai realisasi humanisme (Elliot 2006: 29). Keduanya, dengan kata lain, masih terjebak dalam ideologi humanisme dan historisisme yang berasal dari pengaruh Hegel atas Marx ‘muda’. Keduanya belum berhasil mengisolasi pokok pemikiran Marx yang benar-benar saintifik dan memilahnya dari konsep-konsep idealis yang masih meresapi pemikiran Marx sampai dengan fase penulisan Ideologi Jerman. Dalam rangka memerangi pengaruh Hegelianisme inilah Althusser menolak beberapa konsep yang umumnya dikaitkan dengan tradisi Marxisme yang baginya masih Hegelian, antara lain alienasi, subjek, distingsi esensi penampakan dan negasi atas negasi. 

Intensi Althusser tak pelak lagi adalah purifikasi atas Marxisme dengan mencerai-beraikan segala bentuk kontaminasi filsafat borjuis (Hegelianisme) atasnya. Hasil dari purifikasi ini adalah Marxisme sebagai sains sejarah (materialisme historis) yang terseparasikan dari segala bentuk ideologi dan materialisme dialektis yang bebas dari Hegelianisme (Althusser 2003: 231). Hanya dengan cara itulah Marxisme akan terbebas baik dari dogmatisme Stalinis maupun humanisme borjuis.






 BACA ONLINE Louis Althusser
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments