Ebook Islam Politik - Sebuah Analisis Marxis - Deepa Kumar


Judul Ebook : Islam Politik - Sebuah Analisis Marxis

Tebal Ebook : 76 Halaman

Bahasa           : Indonesia

DALAM 15 tahun terakhir pasca reformasi 1998, lanskap politik di Indonesia diramaikan oleh menguatnya gerakan-gerakan Islam dalam berbagai variannya. Yang paling mencolok, tentu saja, adalah gerakan Islam generasi baru yang mengusung aspirasi politik Islam, baik yang berjuang di jalur parlementer maupun ekstra parlementer. Nama-nama seperti Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Majelis Muhahidin Indonesia (MMI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Forum Umat Islam (FUI), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Laskar Jundullah dan sekian jenis aliansi-aliansi temporer untuk merespon isu-isu tertentu ramai menghiasi pemberitaan media konvensional, media sosial, dan sekian bentuk hasil riset. Aksi-aksi mereka, baik yang berbentuk kekerasan fisik maupun persuasi diperbincangkan secara luas. Retorika-retorika seperti ‘Islam adalah Solusi’, ‘Allahu Akbar’, ‘Jihad’, atau ‘Halal-Haram’, sanggup menggerakan kan barisan panjang massa untuk terlibat dalam aksi-aksinya, sekaligus mendirikan bulu roma bagi yang tidak bersepakat dengannya.

Menariknya, di tengah kompleksitas dan keragaman strategi dan taktik politik dari berbagai gerakan Islam generasi baru ini, satu hal yang menyatukan mereka ada kehendak untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dan shariah Islam menjadi dasar perundangan-undangan negara. Para sarjana dan aktivis kemudian menyebut gerakan-gerakan Islam yang bertujuan seperti itu sebagai Islam fundamentalis, Islam transnasional, Islamis, maupun Islam politik. Dalam buku ini, Deepa Kumar menggunakan secara bergantian istilah Islamis dan Islam Politik. 

Tetapi, sejauh mana kita memahami kebangkitan Islam Politik ini? Sayangnya, masih sangat terbatas. Selama ini wacana tentang pendefinisian gerakan-gerakan ini didominasi oleh kalangan Islam Liberal dan Islam Moderat. Bagi mereka, kebangkitan Islam Politik ini disebabkan oleh penafsiran yang kaku dan tidak membumi atas teks-teks suci dalam khazanah keislaman yang selanjutnya melahirkan praktik-praktik keagamaan yang literer (kita akan kembali menyentuh dampak dari penafsiran seperti ini di bawah). Di lain pihak, dengan pengecualian Vedi R. 

Hadiz, kalangan progresif dan kiri di Indonesia sedikit sekali memproduksi wacana tentang Islam Politik. Akibatnya, walaupun kalangan Islam Politik ini begitu agresif menyerang dan membatasi aktivitas kelompok-kelompok progresif dan kiri, kita seperti tidak tahu bagaimana seharusnya menghadapi mereka. Diam-diam kita berharap pada Negara untuk menindak kesewenang-wenangan mereka berdasarkan hukum yang ada. Sebuah harapan yang sering berakhir dengan sia-sia.






 BACA ONLINE Deepa Kumar
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments