Ebook Marxisme dan Ketuhanan yang Maha Esa - Martin Suryajaya, dkk


Judul Ebook : Marxisme dan Ketuhanan yang Maha Esa

Tebal Ebook : 70 Halaman

Bahasa           : Indonesia

PERDEBATAN yang dimunculkan oleh artikel-artikel dalam buku ini me rupakan potret salah satu perkembangan terkini wacana ketuhanan dalam materialisme kontemporer. Di Indonesia, wacana ini umumnya bergerak dalam lingkup yang relatif eksklusif di lingkaran penekun sains spekula-tif (fisika teoretis, matematika murni, dst.); kehadiran antologi ini ingin menarik wacana ini sedikit lebih bergeser ke ilmu-ilmu sosial, 

Meski melalui lensa metafisik, dari titik di mana wacana ini ditarik ke pangkal perta-nyaannya yang ontologis: idea “Tuhan” itu sendiri dan bagaimana idea itu berkontribusi pada emansipasi sosial. Dengan kata lain, suatu teologi bagi ilmu-ilmu sosial. Meski mengambil judul “Marxisme”, referensi yang ditunjuk oleh istilah ini tidak mesti merujuk pada Marxisme sebagai suatu tradisi pemikiran yang historis. Melalui Martin Suryajaya, “Marxisme” telah mengalami pembi- asan yang cukup sistematis dengan mengerucut pada doktrin ontologi ma-terialisme, dari materialisme mengerucut lagi kepada realisme. Dengan kata lain, gegara interpretasi ini, Marxisme menjadi nominalis: diambil naman- ya saja, tetapi untuk merujuk sesuatu yang lebih luas, melampaui Marx-isme yang kita kenal. Karena itu jangan kaget bila sangat sedikit rujukan pada Marxisme, karena yang hendak dihadirkan di sini sebenarnya bukan lagi Marxisme, tetapi Marxisme sejauh sebagai ontologinya saja. Karena-

nya, judul yang lebih tepat seharusnya: Materialisme dan Ketuhanan yang Maha Esa. Sebelumnya, bagaimana mungkin diskusi ini terjadi di Indonesia, di mana Marxisme lebih dibaca sebagai tradisi pemikiran yang historis (dalam kaitannya dengan gerakan kiri) daripada murni filosofis? Buku ini memberi kesan ingin mematahkan mitos bahwa Marxisme itu ateistik dan anti-agama, mitos yang kita tahu, ingin diyakinkan oleh rezim yang dominan hari ini di Indonesia pasca-Orde Baru. Namun, kesan itu keliru.

Buku ini tidak hendak menjawab problem ideologis itu yang sebenarnya jauh lebih penting dan mendesak. Tetapi, melalui argumen filosofis, buku ini ingin sekadar membuktikan bahwa materialisme-nya Marxisme tidak mesti mensyaratkan ateisme. Orang tetap dapat bertuhan, walau menga-nut materialisme. 

Sesimpel itu. Soal kemudian apakah cara bertuhan-nya berbeda, atau apakah “Tuhan” yang dimaksud berbeda dari “Tuhan” yang diimani kebanyakan orang, itu soal kesekian. Yang penting dapat dibukti- kan bahwa seorang materialis dapat percaya. Bila ia tidak dapat beriman (faithless), setidaknya ia dapat percaya (having a belief).2 Diskusi ini tentu tidak akan menjawab ekspektasi Anda yang beragama, atau yang ingin mencari solusi atas Marxisme melalui keyakinan agama (misalkan Anda seorang Muslim, bagaimana Marxisme dapat memperkuat praksis revolusioner Anda melalui ajaran-ajaran Islam; demikian pula misalkan Anda seorang Katolik, Buddhis, atau Hindu). Sebabnya sederhana, karena prasyarat dan titik tolak dari problematika buku ini adalah materialisme. Untuk mengikuti diskusi buku ini, dengan demikian, Anda harus terlebih dulu menjadi seorang materialis. Sementara pertanyaannya, seberapa banyak dari kita yang terlebih dulu menjadi materialis sebelum beragama? 






 BACA ONLINE Martin Suryajaya, dkk
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments