Judul
Ebook : Membela Kebebasan
Tebal
Ebook : 318 Halaman
Bahasa :
Indonesia
SANGAT PENTING BAGI KITA UNTUK MEMBAHAS FREEDOM dalam konteks Indonesia mutakhir. Arti dasar kata free-dom adalah bebas. Dalam kebudayaan kita, bebas ini kadang di konotasikan kurang tepat; diasosiasikan dengan cara hidup yang terlalu bebas, seks bebas, dan segala hal yang buruk-buruk. Ringkasnya: diidentikkan dengan liar. Jadi, kebebasan disamakan dengan keliaran.
Padahal free itu bermakna positif. Kebebasan mengandaikan makhluk yang secara alamiah memiliki kemampuan untuk berpikir, untuk merasa, dan untuk memilih bagi dirinya sendiri. Karena itu kebebasan, jika diterjemahkan sebagai sebuah sistem pengaturan masyarakat, berarti sistem yang percaya bahwa individu-individu yang ada dalam suatu masyarakat sesungguhnya bisa menggunakan kemampuan dan harkat mereka secara alamiah, serta mampu untuk memilih bagi diri mereka sendiri.
Kadang memang ada kekhawatiran bahwa kalau orang di biarkan bebas memilih, misalnya dalam konteks sebagai warga negara, maka orang akan memilih ke arah yang buruk. Tindakan memilih terkadang memang bisa keliru. Tetapi itu bagian dari proses pembelajaran untuk menjadi dewasa, untuk menjadi otonom. Seorang pemikir Jerman, Immanuel Kant, pernah menulis risalah tentang kebebasan dan emansipasi manusia. Kita, kata filosof abad ke-19 itu, harus percaya bahwa manusia mampu memilih, mampu tumbuh. Dalam proses itulah berlangsung pembelajaran.
Kalau sang manusia, sang individu, ingin dibuatkan pilihan terus-menerus oleh otoritas di luar dirinya, maka individu tersebut dan ini bisa kita perluas menjadi masyarakat tidak akan kunjung matang. Jadi, situasinya adalah: kita buat sebuah sistem yang menjamin kebebasan agar individu-individu bebas memilih, dan dalam proses memilih terus-menerus dalam hidupnya itulah ia menjadi lebih matang, lebih otonom, lebih dewasa.
Itu tidak perlu disalahpahami sebagai hal yang akan menjurus ke individualisme, sebagai sesuatu yang dilawankan dengan “budaya Timur”, termasuk kita di Indonesia, yang biasanya mengecamnya karena individualisme dianggap akan menciptakan manusia dan masyarakat yang individualistis, yang tidak solider terhadap penderitaan sesama, dan sebagainya. Kita harus akui fakta keras bahwa setiap manusia punya kecenderungan untuk melihat dunia lewat kaca mata yang dia miliki; untuk melihat kepentingan yang ada di sekitarnya lewat kepentingannya sendiri. Dan itu kenyataan alamiah. Manusia di mana pun selalu begitu. Tidak ada manusia yang mengerti masyarakat di luar kaca mata yang digunakannya. Karena itu individualisme bukanlah sebuah paham. Ia adalah sebuah kenyataan.
BACA ONLINE | Hamid Basyaib
"jika link download
bermasalah tolong tinggalkan komentar"
0 Comments