Ebook Metamorfosis Kapitalisme - Abdul Rokhmat Sairah


Judul Ebook : Metamorfosis Kapitalisme

Tebal Ebook : 123 Halaman

Bahasa           : Indonesia

Fenomena kemiskinan di Indonesia merupakan realitas yang tak dapat dipungkiri. Fenomena ini telah berlangsung sejak kemerdekaan negara diproklamirkan. Kemiskinan tidak hanya terjadi pada wilayah tertentu saja di negeri ini, melainkan hampir merata di seluruh pelosok wilayah Nusantara. Berbagai fakta tentang kemiskinan di Indonesia dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun melalui media komunikasi seperti televisi, radio, dan surat kabar.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan hasil survei pada bulan Maret 2009 yang menunjukkan jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15 persen dari total jumlah penduduk Indonesia (Antara News, 1 Juli 2009). Hasil survei ini diumumkan secara resmi oleh lembaga pemerintah. Hal itu tentu saja belum secara pasti mewakili jumlah penduduk miskin di Indonesia. Penduduk miskin didominasi penduduk pedesaan yaitu 20,62 juta jiwa atau 17,35 persen dari total penduduk di desa. Sedangkan penduduk miskin di perkotaan sebesar 11,91 juta jiwa atau 10,72 persen dari total penduduk kota.

Jumlah orang miskin dalam survei ini diperoleh berdasarkan garis kemiskinan atau jumlah pengeluaran sebesar Rp 200.262 per orang per bulan. Hal itu berarti seseorang dinilai miskin apabila memiliki pendapatan setiap orangnya (bukan per keluarga) rata-rata sebesar Rp 200.262 dalam satu bulan. Seseorang yang bekerja dengan penghasilan Rp 500.000 per bulan yang memiliki seorang istri dan tidak memiliki anak (berarti dia hanya berdua dengan istrinya) maka pendapatan perkapitanya Rp 250.000 per orang per bulan. 

Berarti ia tidak termasuk dalam kriteria penduduk miskin yang berpendapatan per orang sebesar Rp 200.262. Penghitungan Rp 200.262 ribu tersebut terdiri dari Rp 147,339 untuk makan per bulan dan Rp 52.923 untuk pengeluaran non makanan seperti tempat tinggal dan pakaian per bulan. Pengeluaran untuk makan tersebut, setara dengan 2100 kalori setiap hari untuk satu orang. Hal ini sesuai dengan kebutuhan minimum konsumsi orang menurut ahli gizi. Penghitungan untuk non makanan diwakili sekitar 51 jenis komoditas yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan bagi orang kota dan 47 jenis komoditi yang diperlukan sebagai orang desa (Antara News, 1 Juli 2009).

Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Muh. Lukman Edy (pada tanggal 19 Maret 2009 di Kediri), menyatakan bahwa ribuan desa di Indonesia masih masuk kategori desa tertinggal yang indikasinya belum ada sarana kesehatan, belum ada pasar permanen dan belum ada listrik. Sejumlah 32.379 desa (45,86 persen) di wilayah Indonesia termasuk desa tertinggal. Sebanyak 29.934 desa (41,97 persen) dari jumlah di atas termasuk kategori daerah tertinggal dan selebihnya 2.745 (3,89 persen) termasuk kategori sangat tertinggal. 

Jumlah tersebut hampir sebanding dengan banyaknya desa yang sudah masuk kategori desa maju, yaitu mencapai 38.232 desa atau 54,14 persen. Jumlah desa tertinggal tersebut diantaranya, sebanyak 9.425 desa belum bisa dilalui mobil, 20.435 desa belum ada sarana kesehatan, 29.421 desa belum ada pasar permanen, 6.240 desa belum ada listrik. Rata-rata penduduk yang tinggal di daerah tertinggal berasal dari keluarga miskin yang persentasenya mencapai hingga 46,44 persen (News.id.finroll.com, 20 Maret 2009).






 BACA ONLINE Abdul Rokhmat Sairah
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments