Ebook Tak ada Penyiksaan Terhadap 6 Jendral - Alferd D. Ticoalu


Judul Ebook : Tak ada Penyiksaan Terhadap 6 Jendral

Tebal Ebook : 92 Halaman

Bahasa           : Indonesia

SETIAP menjelang akhir bulan September, kita terbiasa mendengar istilah G30S/PKI. Semua orang tahu belaka bahwa yang dimaksud adalah Gerakan 30 September, sebuah gerakan prajurit TNI-Angkatan Darat yang di pimpin oleh seorang perwira menengah, yang bertujuan untuk mencegah kudeta dari apa yang dinamakan ‘Dewan Jenderal.’ Istilah Dewan Jenderal sendiri sudah berbulan-bulan muncul sebelum 30 September 1965. Ada kekhawatiran bahwa dengan memburuknya kesehatan Presiden Soekarno membuat kekuatan kekuatan di sekitar Presiden mulai bermanuver.

Dari situlah lahir Gerakan 30 September. Para prajurit generasi revolusi ini ingin menyelamatkan Presiden. Maka mereka mengambil inisiatif un- tuk melakukan penculikan terhadap jenderal-jenderal yang diduga akan menjadi anggota Dewan Jenderal. Ini adalah tindakan kudeta atas rencana kudeta Dewan Jenderal atau semacam ‘preemptive strike’, tindakan mendahului sebelum kudeta Dewan Jenderal itu terjadi.

Buku kecil ini berisi sebuah wawancara panjang dengan almarhum Dr. Li-auw Yan Siang, salah seorang dokter yang namanya disebut sebagai dokter yang melakukan otopsi. Kontributor IndoPROGRESS, Alfred Ticoalu, me- lacak keberadaan beliau di Ohio, Amerika Serikat. Wawancara dilakukan empat belas tahun yang lalu dan entah kenapa tidak sempat dikerjakan. Kini transkrip wawancara dengan Dr. Liauw Yan Siang itu akan dihadirkan kembali secara utuh apa adanya.

Ada banyak yang menarik dari wawancara ini. Dr. Liauw Yan Siang me- negaskan otentisitas dokumen visum et repertum tersebut. Akan tetapi ada juga nuansa seperti beliaulah orang yang benar-benar berhadapan dengan mayat-mayat para jenderal itu. Secara tersirat, ada juga kekhawatiran beliau sebagai seorang keturunan Cina yang ‘terlibat’ dalam satu pusaran sejarah politik yang begitu penting.

Satu bagian dari wawancara itu yang menarik perhatian saya adalah ketika dia mengatakan, “Karena waktu itu, katanya the Chinese were involved in the communist coup. Aborted coup. Nanti saya dituduh..., apa, oh ini karena mau membela komunis nih..., dia menutupi penganiayaan itu.”

Bisa dimengerti kemudian mengapa Dr. Liauw Yan Siang memilih untuk pergi dari Indonesia. Beliau beremigrasi ke Amerika dan menetap di ne- gara bagian Ohio hingga meninggalnya. Namun ada otopsi yang sedikit menyingkap sejarah paling kelam Republik Indonesia. Sejarah yang kita harapkan tidak akan berulang. Namun, sayang, harapan itu agaknya hanya tinggal harapan. Hingga saat ini negara menolak untuk mengakuinya. Mungkin kita akan dipaksa untuk mengulanginya. 






 BACA ONLINE Alferd D. Ticoalu
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments