Ebook Gadis Pantai - Pramoedya Ananta Toer,


Judul Ebook : Gadis Pantai

Tebal Ebook : 206 Halaman

Bahasa          : Indonesia

Gadis Pantai berada jauh di atas novel dan cerpen yang pernah ditulis Pramoedya, termasuk Bumi Manusia (yang tahun lalu terbit dalam bahasa Swedia di samping tujuh bahasa lainnya). Pengarang ketika menyampaikan naskah ini kepada penyunting, sedikit menjelaskan bahwa "kisah ini hasil imajinasi saya pribadi tentang nenek saya dari pihak ibu, nenek yang mandiri dan yang saya cintai."

Sebagaimana juga hampir semua novel dan cerpennya - sekalipun fiksi atau imajinasi - kisah dan tokoh-tokoh Pramoedya selalu berkait atau diangkat dari kenyataan dan pengalaman sejarah sosial-budaya manusia- manusia Indonesia. 

Dan khusus mengenai Gadis Pantai, ia berkait dengan keluarga pengarang sendiri, sehingga karenanya bisa disebut sebagai roman keluarga. Akan tetapi sayang sekali, kita tak dapat mengikuti kelanjutan dan akhir drama keluarga yang mencengkam itu. Seperti disinggung di atas, Gadis Pantai adalah suatu 'unfinished novel', novel yang tak selesai. Sebabnya tidak lain karena ia baru merupakan buku pertama dan satu rangkaian trilogi, sedangkan naskah buku ke-dua dan ke-tiga hilang-lenyap oleh vandalisme politik 1965 - sampai sekarang tak dapat ditemukan dan dilacak kembali. Meskipun seluruh trilogi sudah rampung ditulis dalam tahun 1962, tetapi baru naskah pertama saja, Gadis Pantai, sempat diterbitkan sebagai feuilleton, cerita bersambung dalam suratkabar antara 1962-65.

Tentang naskah dua buku terakhir yang hilang tak tentu rimbanya (jilid II dan III), dari pengarang didapat penjelasan bahwa bagian ke-dua meliput perjuangan kaum nasionalis, babak angkatan orang-tuanya - terjalin di dalamnya gemuruh isyu ko- dan non- kooperator terhadap kekuasaan kolonial; buku ke-tiga menyangkut  perjuangan kemerdekaan, babak angkatan Pram sendiri.  Jadi selain sebagai roman keluarga, trilogi itu sekaligus juga merupakan roman perjuangan bangsa, roman sosial-politik, tetapi jelas " ....jauh dari segala expressi propaganda politik" sebagaimana ditulis oleh promovenda Savitri Sherer dalam disertasinya tersebut di atas (hlm. 248).

Penyunting cukup terkejut, ketika menerima naskah Gadis Pantai dalam bentuk fotokopi mikrofilm dari bagian dokumentasi perpustakaan A.N.U., Australia. Penyiarannya dahulu dalam bentuk cerita-bersambung ternyata penuh dengan salah cetak, baris-baris yang hilang dan terputus begitu saja di tengah-tengah kalimat, sedangkan penempatan nomor-urutnya beberapa ada yang terbalik-balik. Dengan alasan itu, ditambah lagi reproduksi mikrofilm yang sudah sulit terbaca, penyunting terpaksa di sana-sini memperbaharui dan menulis kembali bagian-bagian tertentu dari naskah ini demi kejelasan dan kesinambungan cerita. Tentu tanpa merubah sedikit pun isi, gaya dan semangat yang diekspresikan pengarang. Dari segi itu, segala kekurangan dan kelemahan edisi baru Gadis Pantai ini dengan sendirinya menjadi tanggungan penyunting.

Walaupun hanya bagian pertama saja, penerbitan kembali Gadis Pantai sekarang dalam bentuk buku terjilid, sudah lebih daripada berharga sebagai pendokumentasian salah satu mutiara kemilau dalam khazanah sastra Indonesia.






 BACA ONLINE | Pramoedya
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments