Ebook Islam Doktrin dan Peradaban - Nurcholish Madjid


Judul Ebook : Islam Doktrin dan Peradaban

Tebal Ebook : 575 Halaman

Bahasa          : Indonesia

Buku ini adalah kumpulan sebagian makalah Klub Kajian Agama (KKA) Yayasan Wakaf Paramadina. Telah pula dikatakan bahwa pembahasan dalam Parama-dina selalu berlangsung dalam suasana keterbukaan, tenggang rasa dan semangat hormat-menghormati. Dan yang datang ke pertemuan itu terdiri dari para peserta dengan berbagai latar belakang kultur keagamaan yang berbeda-beda. Sedikit demi sedikit, dalam lingkungan Paramadina, banyak orang menampilkan diri dengan identitas masing-masing tanpa halangan kejiwaan apa pun. Dan kehadiran mereka telah memperkaya wawasan para peserta pembahasan, langsung, atau pun tidak langsung, dan sedikit demi sedikit tumbuh sikap saling menghormati pendirian masing-masing. Secara langsung, para peserta dengan latar belakang yang berbeda-beda itu memperkaya forum diskusi dengan bahan-bahan dan pandangan-pandangan yang selama ini tidak atau belum diketahui umum.

Perluasan cakrawala ini sungguh tidak dapat diremehkan. Secara tidak langsung dan ini dari beberapa segi dapat dipandang sebagai lebih penting kehadiran mereka dengan sikap saling menenggang dan menghormati yang tumbuh secara positif dalam forum itu telah memberi para peserta berbagai eksperimen nyata tentang pandangan relativisme internal‖ kalangan Umat Islam, suatu pandangan yang menjadi syarat pertama dan utama persaudaraan berdasar iman (biasa disebut Ukhûwah Islâmîyah).

Sebagaimana diketahui, Kitab Suci mengajarkan prinsip bahwa semua orang yang beriman adalah bersaudara. Kemudian diperintahkan agar antara sesama orang beriman yang berselisih selalu diusahakan ishlâh (rekonsiliasi) dalam rangka taqwa kepada Allah dan usaha menda-patkan rahmat-Nya. Pengajaran tentang persaudaraan itu kemudian langsung dilanjutkan dengan petunjuk tentang prinsip utama dan pertama bagaimana memelihara Ukhûwah Islâmîyah yang sangat disayangkan agaknya bagian cukup besar kaum beriman sendiri tidak banyak memperhatikan yaitu hendaknya tidak ada suatu kelompok di antara kaum beriman, pria maupun wanita, yang merendahkan kelompok yang lain, kalau-kalau mereka yang direndahkan itu lebih baik daripada mereka yang merendahkan.

Dan prinsip utama dan pertama itu kemudian diteruskan dengan beberapa petunjuk yang lain untuk memperkuat dan mempertegas maknanya, dengan menjelaskan secara konkret hal-hal yang akan merusak persaudaraan, seperti saling merendahkan, memanggil sesama orang beriman dengan panggilan yang tidak simpatik, banyak berprasangka, suka mencari kesalahan orang lain, dan mengumpat (melakukan ghîbah, yaitu membicarakan keburukan seseorang yang ketika itu tidak ada di tempat). 

Bahkan, sungguh merupakan hikmah Ilâhîyah yang amat tinggi, deretan firman Allah tentang persaudaraan berdasarkan iman itu dilanjutkan dengan penegasan tentang prinsip bahwa seluruh umat manusia adalah bersaudara, dan bahwa terbaginya umat manusia menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah dimaksudkan sebagai tanda pengenalan diri (identitas), yang semuanya itu harus dibawakan dalam lingkungan kemanusiaan yang lebih luas dengan sikap penuh saling menghargai. Juga ditegaskan bahwa harkat dan martabat seseorang tidak dapat diukur dari segi lahiriahnya seperti kebangsaan atau kebahasaan. Sebab harkat dan martabat itu ada dalam sikap hidup yang lebih sejati, yang ada pada bagian diri manusia yang paling mendalam, yaitu taqwa, dan bahwa hanya Allah yang mengetahui dan dapat mengukur taqwa itu (Q., s. al-Hujurât/49:10-13). Jadi hanya Tuhanlah yangberhak menentukan tinggi-rendahnya derajat seseorang berdasarkan taqwanya, sedangkan manusia harus memandang sesamanya dalam semangat persamaan derajat.






 BACA ONLINE | Nurcholish Madjid
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments