Markesot Bertutur [Download pdf] - Emha Ainun Nadjib


Judul Ebook : Markesot Bertutur

Tebal Ebook : 473 Halaman

Bahasa           : Indonesia

“Kenapa makin banyak saja kasus-kasus bermunculan, Sot?” bertanya sahabat Markesot di tengah kepusingannya atas terkatung-katungnya proses penyelesaian soal tanah.

“Apa yang bermunculan, Se?” Markesot malah ganti tanya.
“Ya, kasus-kasus di negara kita ini. Tak habis-habisnya. Yang satu tak terselesaikan, muncul lainnya lagi. Soal tanah ribut, korupsi bank ribut, pernyataan-pernyataan ribut, tuntut-menuntut ribut ....”
Markesot tertawa.

“Ada dua maknanya,” dia berkata, “pertama, untuk melariskan koran. Kedua, bangsa Indonesia berada pada momentum yang membutuhkan akumulasi dari akselerasi kasus-kasus yang memperlihatkan rempelo ati-nya realitas sejarah kita yang sesungguhnya. Sampai pada akhirnya nanti, waktu akan manjing untuk terbitnya semacam matahari yang baru meskipun masih buram juga cahayanya.”

“Maksudmu, akan ada goro-goro kalau situasinya sudah matang nanti?” sahabat itu penasaran.
“Hanya Tuhan yang berhak menjawab: Ya!”

“Lantas, apa yang kau maksud dengan rempelo ati realitas itu sebenarnya?”

“Macam-macam, dong. Tapi yang jelas, hampir semuanya adalah

penyakit yang hampir mustahil untuk disembuhkan, kecuali ada perombakan yang menyeluruh dan mengakar.”

“Struktural dan kultural sekaligus?”
“Itu bahasamu.”
“Lantas, kalau bahasamu bagaimana?”
“Pemahaman dan pengertian di batinku tidak harus memerlukan bahasa. Ia ada, dan cukuplah bahwa ia ada.”
“Jangan bersufi-sufi dulu, dong. Ini diskusi negara!”
“Bukan bersufi-sufi. Apa yang kusebut rempelo ati realitas tadi, ya, sudah hampir tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin bahasa Inggrisnya absurd, bahasa Prancisnya embuh.”
“Potonganmu!”

“Lho, gimana!” lanjut Markesot, “Tak ada yang lebih siluman dibanding dengan kenyataan-kenyataan di negeri ini. Tak ada yang melebihi keanehan dan keruwetannya. Kasus penggusuran yang kau urus itu ‘kan ruwet seperti susur. Dari problem birokratis, berkembang politis, berkembang psikologis. 

Terlalu banyak pihak yang terlibat, semua bermaksud baik, tetapi karena persoalannya khas Indonesia, jadinya semakin sulit diatasi. Pada ujungnya nanti, tak akan ada penyelesaian. Yang ada adalah penguburan masalah, meskipun mudah-mudahan bukan penguburan manusia-manusia. Secara teoretis, yang bisa me- nyelesaikan mungkin hanya satu orang, yakni seorang tokoh yang di tangannya tergenggam seluruh tali-temali jaringan kekuasaan negeri ini.”

 BACA ONLINE | Emha Ainun Madjib
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments