Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil [Download pdf] - Majalah Tempo


Judul Ebook : Peran Besar Bung Kecil

Tebal Ebook : 74 Halaman

Bahasa           : Indonesia

FILM dokumenter itu menggetarkan. Pada 14 Agustus 1947, Sjahrir berdiri di depan Sidang Dewan Keamanan, Lake Success, Amerika Serikat. Ia berbicara tentang sebuah bangsa bernama Indonesia. Sebuah bangsa muda yang memiliki sejarah peradaban yang panjang. Cara bicara Bung Sjahrir tak menggelegak seperti Bung Karno, tapi runtut dan jernih. "Selama 60 tahun film ini hilang," kata sejarawan Rushdy Hoesein.

Pembaca, film langka yang sempat hilang itu diputar di kantor redaksi Tempo, di Proklamasi Nomor 72, dua bulan lalu. Walau berdurasi beberapa menit, film itu cukup menggambarkan bagaimana Sjahrir mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di Indonesia saat itu Belanda mengobarkan perang, ingin merebut kembali Indonesia.

Sjahrir berangkat ke Amerika, berpidato di mimbar Dewan Keamanan. Yang dilakukan Sjahrir mirip dengan saat pertama kali Yasser Arafat berpidato di Perserikatan Bangsa-Bangsa mewakili masyarakat Palestina yang berkeinginan bebas dari pendudukan Israel. Kepada dunia internasional, Sjahrir memaklumkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang berdaulat.

Film dokumenter itu kami putar sebagai bagian penulisan edisi khusus 100 tahun Sjahrir ini. Kami membuat serangkaian diskusi, mengundang mereka yang pernah mengenal Sjahrir, seperti Rosihan Anwar, Des Alwi, Minarsih Soedarpo, Koeswari (satu- satunya anggota dewan pimpinan Partai Sosialis Indonesia yang masih hidup), Gita Prasodjo, dan Siti Rabyah Parvati atau yang akrab dipanggil Upik. Juga tokoh-tokoh yang meneliti pemikiran Sjahrir, seperti Rahman Tolleng, Sabam Siagian, Fikri Jufri, sejarawan Rushdy Hoesein, dan Ucu Aditya Gana, mahasiswa politik pascasarjana Universitas Indonesia yang tengah menyusun tesis tentang Sjahrir.

Diskusi ala Tempo itu berlangsung hangat. Dengan suguhan kacang rebus, teh hangat, dan sup ayam, para tokoh sepuh itu kelihatan antusias. Mulanya mereka ingin hadir tak lebih dari dua jam. Maklum, kondisi kesehatan perlu dijaga ketat. Tapi, ketika diskusi berjalan, semua hanyut dalam kenangan, dan mereka terus bertahan sampai malam. Bahkan, ketika diskusi dilanjutkan beberapa hari kemudian, mereka datang dan terlibat aktif. Sedemikian antusiasnya sampai bukan hanya film Sjahrir di Salt Lake yang hendak mereka perlihatkan.

Selain film yang dibawa Rushdy tadi, Des Alwi memutar film saat Sjahrir melakukan perjalanan dari Jakarta ke Yogya. Tokoh-tokoh sepuh yang hadir dalam diskusi tampak berlomba menyebut siapa saja yang mendampingi Sjahrir saat itu. "Itu Hamid Algadri menggendong putri pertamanya, Atika," kata Rosihan. Ketika dokumentasi pemakaman Sjahrir diputar, Rosihan Anwar bisa menyebut hampir semua tokoh yang mengangkut dan mengiringi peti jenazah.

 BACA ONLINE Majalah Tempo
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments