Lubang Buaya, Mitos dan Kontra Mitos [Download pdf] - Yoseph Yapi Taum


Judul Ebook : Lubang Buaya, Mitos dan Kontra Mitos

Tebal Ebook : 19 Halaman

Bahasa           : Indonesia

Secara umum terdapat dua kelompok sudut pandang terhadap mitos (De Jong, 1980: 109). Permata, sudut pandang pengamat luar (outside observer point of view), yang menganggap: 1) mitos sebagai  ̳narasi fiktif murni‘ yang memiliki ciri sakral; 2) tokoh dan kejadiannya hanya terdapat dalam dunia mitos dan tidak berlaku dalam kehidupan sehari-hari; 3) wilayah kebenaran mitos tidak keluar dari batas kemungkinan dunia ini. Kedua, sudut pandang pelaku budaya (native speaker), mitos dianggap sebagai histoire crue –cerita yang diyakini kebenarannya. Sudut pandang yang kedua ini berkeyakinan bahwa mitos memiliki setting atau tema sosial-politik yang khas, dan akibatnya juga memiliki ekspresi sudut pandang politik dan ideologi yang khas pula.

Dalam artikelnya berjudul ―Myth in a Changing World‖, Locher (De Jong, 1980: 111) memperkuat pandangan Levi-Strauss yang membuat sebuah perbandingan antara mitos dan apa yang dalam masyarakat modern ini dikenal luas sebagai politik‖. Locher menyimpulkan secara tegas bahwa ideologi politik dan dongeng mengenai politik-sosial (seperti cerita pergerakan nasional Indonesia merebut kemerdekaan dengan bambu runcing) dapat dikategorikan ke dalam mitos. Mitos seperti ini melayani sebuah tujuan, yakni memecahkan persoalan sosiologis di satu sisi dan persoalan sosio-logis di sisi lain. Mitos dalam pandangan Levi-Strauss tidak harus dipertentangkan dengan sejarah atau kenyataan (Ahimsa-Putra, 2006: 77) karena mitos selalu berkaitan dengan problem logis tertentu.

Berdasarkan pandangan bahwa mitos memiliki pengaruh sosial dalam setting sosial-politik tertentu, De Jong (1980: 222) memperkenalkan konsep  mitos politik,‘ yaitu apabila pelaku-pelaku sosial menggunakan atau memanipulasi mitos untuk kepentingan politiknya. Baginya, fenomena politik berkaitan dengan fenomena mitos. Hubungan antara raja dan negara, antara raja primitif dan raja modern, dll itu bukan hanya sekedar perbedaan logis belaka, melainkan memberikan  ̳pedoman langsung‘ terhadap kejadian-kejadian praktis, sesuai dengan statecraft yang memang aktual.

Dalam mengungkapkan mitos dalam konteks kehidupan modern, Ernst (1999) mengatakan bahwa dalam proses ‖entifikasi‖,4 masyarakat itu sendiri dapat direkonstruksi secara sadar sehingga narasi mitologis dapat menjadi wacana yang sangat politis. Dalam konteks pembentukan kebudayaan nasional, Foster (1991) mengatakan bahwa mitos dikategorikan sebagai praktik diskursif dari kaum intelektual dan pejabat negara dalam mempromosikan identitas kolektif budaya-bangsa. Identitas kolektif bangsa itu tidak hanya ditentukan oleh bendera dan lagu kebangsaan, melainkan juga sejarah nasional, lembaga-lembaga khusus seperti museum nasional dan sistem pendidikan nasional.

 BACA ONLINE Yoseph Yapi Taum
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments