Sekularisasi Ditinjau Kembali [Download pdf] - Pippa Norris & Ronald Inglehart


Judul Ebook : Sekularisasi Ditinjau Kembali

Tebal Ebook : 127 Halaman

Bahasa           : Indonesia

PARA PEMIKIR SOSIAL TERKEMUKA ABAD KE-19—AUGUSTE COMTE, Herbert Spencer, Émile Durkheim, Max Weber, Karl Marx dan Sigmund Freud—yakin bahwa agama perlahan-lahan akan pudar dan tidak begitu penting perannya bersamaan dengan makin majunya masyarakat industri.1 Mereka tidak sendirian; sejak Zaman Pencerahan, tokoh-tokoh utama dalam filsafat, antropologi, dan psikologi menyatakan bahwa khayalan-khayalan teologis, ritual
liturgis simbolis, dan praktik-praktik sakral adalah produk masa lalu yang akan memudar dalam masa modern. Matinya agama merupakan keyakinan yang luas diterima dalam ilmu-ilmu sosial selama sebagian besar abad ke-20; tak diragukan, hal itu telah dianggap sebagai model utama dari penelitian sosiologis, di mana sekularisasi disejajarkan dengan birokratisasi, rasionalisasi, dan urbanisasi sebagai revolusi-revolusi historis utama yang mengubah masyarakat agraris lama menjadi masyarakat industri modern.

Sebagaimana dikemukakan C. Wright Mills menyangkut proses ini: “Dunia pernah dipenuhi dengan yang-sakral—dalam pemikiran, praktik, dan bentuk kelembagaan. Setelah Reformasi dan Renaisans, kekuatan-kekuatan modernisasi menyapu dunia, dan sekularisasi, sebagai proses historis yang mengikutinya, memperlemah dominasi dari yang-sakral. Pada waktunya, yang-sakral akan sepenuhnya menghilang, kecuali mungkin dalam wilayah pribadi.”

Namun, selama dekade terakhir ini, tesis tentang kematian pelan-pelan dan bertahap dari agama semakin banyak dikritik; teori sekularisasi belakangan ini mendapat tantangan yang paling berat dan serius dalam sejarahnya yang panjang. Para kritikus menunjuk pada berbagai indikator dari sehatnya agama dan vitalitas agama sekarang ini, yang berkisar mulai dari semakin populernya kehadiran di gereja di Amerika Serikat, hingga munculnya spiritualitas New Age di Eropa Barat, berkembangnya gerakan-gerakan fundamentalis dan partai keagamaan di dunia Muslim, bangkitnya kembali kalangan evangelis di seluruh Amerika Latin, dan menyeruaknya konflik etno-religius dalam persoalan-persoalan internasional.3 Setelah mengulas berbagai perkembangan ini, Peter L. Berger, salah satu pendukung utama teori sekularisasi selama 1960-an, menarik kembali klaim-klaim awalnya: “Duni  sekarang ini, dengan beberapa pengecualian,... amat sangat religius sebagaimana sebelumnya, dan di beberapa wilayah bahkan lebih religius ketimbang sebelumnya. 

Hal ini berarti bahwa keseluruhan kepustakaan oleh para sejarawan dan ilmuwan sosial yang secara longgar disebut ‘teori sekularisasi’ pada dasarnya salah.”4 Dalam sebuah kritik yang sangat keras dan kuat, Rodney Stark dan Roger Finke menyatakan bahwa inilah saatnya untuk membuang tesis sekularisasi: “Setelah hampir tiga abad melakukan ramalan yang sama sekali salah dan salah menafsirkan baik masa kini dan masa lalu, sekaranglah saatnya untuk menguburkan doktrin sekularisasi dalam makam teori-teori yang salah, dan mendoakannya agar doktrin itu ‘beristirahat dengan tenang.’”

 BACA ONLINE Pippa Norris & Ronald Inglehart
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments