Senja Di Jakarta [Download pdf] - Mochtar Lubis


Judul Ebook : Senja Di Jakarta 

Tebal Ebook : 411 Halaman

Bahasa           : Indonesia

AIMUN mengencangkan ikat p1nggangnya. Perutnya sudah mulai lapar. Belum ada isinya apa-apa. Dan hari masih pagi. Hujan gerimis yang turun sejak dinihari membuat perut tambah lapar. Saimun menyalahkan hujan. Dengan kakinya yang telanjang dan penuh kotoran lumpur, kotoran, dan baksil-baksil melekat ke kaki yang telanjang itu, ditolakkannya keranjang penuh sampah dari puncak timbunan sampah, berguling-guling ke bawah, ber- henti tertahan oleh dinding bambu koyak-koyak sebuah pondok kecil amat buruknya, amat koyaknya, amat tirisnya dalam hujan gerimis. 

Seorang perempuan menjengukkan kepala ke luar berteriak dengan suara parau, "Kira-kira dikit dong, mana matamu?'' Saimun terkejut sebentar, memandang dan menatap perempuan itu. Dia tertawa kurang ajar tidak mengandung kemarahan atau kejengkelan karena biasa saja dia tertawa demikian dalam hatinya sebentar tergores gairah melihat dada perempuan dalam pondok itu, yang dapat dilihat melalui celah-celah baju yang usang dan koyak. Sebentar terkilas dalam hati Saimun hendak turun mendapatkan perempuan itu, tetapi didengarnya bunyi truk pengangkut sampah kepunyaan kota praja berderum. Dia segera ber- paling, dan berlari kecil, melompat naik ke atas truk yang sudah mulai bergerak.

Saimun duduk mencangkung di sebelah ltam yang sedang memasang rokok kretek, memanjangkan kaki di atas lantai truk yang kotor dan basah, mera- sakan keras papan lantai truk pada tulang-tulang pantat, dan melepaskan tegang-tegang, urat seluruh tubuhnya, bersandar ke dinding kayu truk, dan ke mudian mengacungkan tangan pada Itam, dan berkata, "Minta sekali, Tam."

Itam melihat padanya, enggan di belakang matanya segera menghilang, dan memberikan rokok kreteknya kepada Saimun, melihat dengan pen uh awas bagaimana Saimun menghirup rokok kretek dalam-dalam menahan asap rokok dalam rongga dadanya lama-lama dan mengembalikan rokok kepada ltam, yang segera pula menghirupnya dalam-dalam, dan ke mudian bersama-sama dengan Saimun, !tam menge- pulkan asap dari lobang hidung, perlahan-lahan, dan sebentar mereka lupa hujan gerimis, kotor dan bau truk, lupa diri mereka sendiri, hanya ada wangi menyan kretek, panas rokok di hidung, dan urat-urat yang lepas dari keteganggannya.

 BACA ONLINE Mochtar Lubis
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments