Paper Pemberdayaan Perempuan [Download pdf] - Solidaritas Perempuan


Judul Ebook : Paper Pemberdayaan Perempuan

Tebal Ebook : 51 Halaman

Bahasa           : Indonesia

Corak radikalisasi Islam dalam ranah politik tidak nampak di permuakaan pada era Soeharto (1966-1998). Demokratisasi dan kebebasan berpolitik tidak termasuk dalam prioritas pembangunan pada masanya. Penekanan pada masa pemerinta hannya mengacu pada pembangunan politik ekonomi dan stabilitas Nasional. Dalam rangka pembangunan ekonomi tersebut, Soeharto memberlakukan kebijakan-kebijakannya secara otoriter dengan membungkam aktor-aktor mana yang dapat berpotensi menjadi lawan politiknya termasuk kelompok-kelompok Islam, dengan menerapkan politik Pancasila sebagai asas tunggal. Tidak ada satu pun kelompok masyarakat atau partai politik yang tidak berasaskan pada Pancasila, jika terbukti, maka kelompok tersebut dianggap sebagai gerakan makar. Meskipun demikian, Soeharto memberikan ruang bagi kelompok Islam baik secara manifes dan laten selama ada ruang negosiasi dengan rezimnya. Rezim ini melembagakan kekuatan-kekuatan tanpa ada tekanan untuk menjatuhkan kekuasaannya. 

Ramly mencatat bahwa sedemikian ketatnya pengawasan yang dilakukan Orde Baru, namun sebenarnya gerakan perjuangan penegakkan Syariat Islam (SI) tidak hilang dari peta politik Indonesia. Ketatnya pengawasan bukan berarti menutup pintu kerjasama dalam upaya melanggengkan kekuasaan pada rezimnya. Kami teringat dengan istilah politik ijo royo-royo yang berhembus ke publik pada tahun 1990-an. Pada masa ini, islam mulai dinilai sebagai potensi lawan yang jika tidak diberikan ruang politik maka perlahan akan menjadi kekuatan menjatuhkan tongkat kekuasaan. Hal ini ditandai dengan dibangunnya
ICMI(Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) sebagai bentuk negosiasi atau politik dagang Orde Baru pada kelompok-kelompok Islam yang dinilai berada di barisan pendukungnya.

Menurut Wahid Institute (2009: 19), Ikhwanul Muslimin di Indonesia berkembang setelah banyaknya para pelajar yang mengecap pendidikan islam di Mesir. Atas nama tarbiyah (pendidikan) dan ubbudiyah (peribadatan), mereka melakukan strategi persis yang dilakukan oleh IM seperti cell system dan pola kaderisasi. Gerakan ini merebak akibat gagalnya cita-cita kemerdekaan yang diusung oleh bangsa ini yakni keadilan dan kesejahteraan rakyat. Kita tidak dapat menampik bahwa korupsi merajalela dan kemiskinan semakin menggurita oleh karena itu mereka menganggap bahwa jalan pintas untuk mengatasi permasalahan itu adalah membentuk negara islam, yang memang sudah diusung sejak piagam Jakarta.

Pada garis politik Islam militan yang memilih tidak tunduk pada pemerintah sesungguhnya memilih strategi taktis dengan cita-cita SI dengan metode berdakwah dan beroperasi secara bawah tanah.

 BACA ONLINE | Solidaritas Perempuan
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments