Perang yang tidak akan kita menangkan [download pdf] - Bima Satria Putra

............................................................................
Judul Ebook  : Perang Yang Tidak Akan Kita Menangkan
Tebal Ebook   : 281 Halaman
Bahasa : Indonesia
...........................................................................

Sejak berdirinya otoritas segelintir manusia atas massa, selalu terlintas di pikiran orang-orang untuk mempertanyakan dengan kritis, apa dasar yang melegitimasi mereka untuk berkuasa atas yang lain? Mengapa mereka mendapatkan hak-hak istimewa ketimbang yang lain? Mengapa kita harus patuh? Tidak bisakah mendasari semua hubungan sosial kita dengan semangat kebebasan, persamaan, kesetaraan, silidaritas, dan kerjasama?

Bisa, demikian pikir banyak orang, dan juga perlu. Tawaran-tawaran libertarian macam ini juga sudah muncul dari pemikiran filsuf kuno Asia. Karya Tao, Tao te ching [Jalan dan Kuasanya], kerap di pertimbangkan sebagai literatur anarkisme paling klasik. Teks ini tersusun dalam delapan puluh satu bab dalam bentuk puitis. Kendati tersamat dan paradoks, kitab ini mengajukan tampilan yang pertama-tama dan sekaligus yang paling elok tentang prinsip-prinsip anarkis. Taois pada masanya hidup di tengah masyarakat feodal dengan hukum yang sangat terpatok-baku dan pemerintahan yang terus semakin terpusat dan birokratis. Konfusius menjadi juru bicara resmi dari arus legalistik yang menopang perkembangan tersebut dan dia yang menyerukan tatanan hierarki sosial yang menaungi warga untuk tahu posisinya masing-masing. Sebaliknya, Taois menolak pemerintahan dan menyakini bahwa semua mahluk bisa hidup secara alami dan harmonis dengan spontan. Sejak itu konflik antara mereka yang hasratnya mencampuri dengan mereka yang yakin segala akan berkembang baik jika dibiarkan, berawal dan terus berlanjut.

Sementara sebagian besar tempat dimuka bumi terbagi bagi dalam wilayah suatu kerajaan, dan orang-orang yang tinggal diatasnya tunduk pada kekuasaan raja, ada banyak tempat dimana masyarakat anarkis eksis selama ribuan tahun. Persamaan hak, kerjasama, dan kepemilikan komunal, menjadi sampel antropologi yang melimpah untuk membuktikan hal ini. Walau tidak sempurna karena praktik perbudakan, patriarki dan xenofobia, Yunani kuno anataram abad kedelapan dan kesembilan sebelum masehi, adalah contoh baik atas pengambilan keputusan yang tidak dimonopoli oleh segelintir orang. Mereka menyebutnya sebagai demokrasi, yang berasal dari kata demos dan kratos, artinya kekuasaan atau pemerintahan rakyat. Demokrasi tidak mereka artikan dalam artian pemerintahan oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat, seperti ditunjukan dalam penyimpangan praktik poitik negara dunia modern. Mereka memahami dalam artian yang sangat harfiah dan langsung: pemerintahan rakyat, atau rajyat yang memerintah diri mereka sendiri (self-governed).

 BACA ONLINE Bima Satria Putra
 "jika link download bermasalah tolong tinggalkan komentar"
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments